Tiga Hal Yang Beriringan
Karya : Rindiana Amavista
Fahrian Saputra, lahir di Burneh,
Bangkalan, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia anak dari seorang ibu
rumah tangga dan ayah, yang bekerja sebagai guru SD. Sejak kecil Rian hidup di
lingkungan yang amat sederhana. Namun terlepas dari kondisi tersebut, sang ayah
selalu menanamkan bahwa Pendidikan, agama, dan organisasi dalam hidup harus
berjalan beriringan. Rian bersekolah di SDN Burneh 2, setelah lulus ia diterima di SMPN 1 Bangkalan
dengan jalur prestasi, dan diterima jalur undangan di SMAN 1 Bangkalan.
Saat menempuh Pendidikan menengah,
Rian bersekolah di Bangkalan yang berjarak 5 KM dari Burneh. Dengan keadaan
ekonomi terbatas, uang sakunya hanya cukup untuk biaya transportasi saja, Akhirnya,
Rian terpaksa harus menahan lapar setiap istirahat dan berusaha menghilangkan
rasa lapar tersebut dengan belajar dan belajar. Kesulitan juga tidak ia alami
di sekolah saja, namun di organisasi yang ia geluti pun selalu saja ada. Rian
saat itu menjabat menjadi Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD
IPM) Bangkalan. Saat ia dilantik banyak yang meragukan potensi yang dimilikinya,
apalagi umurnya saat itu yang masih terbilang cukup muda. Hal itu sempat
menurunkan kepercayan dirinya, namun tak lama ia bangkit dan berusaha meununjukkan
bahwa ia bisa memimpin anggotanya dengan sangat baik.
Setelah lulus SMA, Rian berhasil berkuliah
di Universitas Brawijaya (UB) melalui jalur undangan dengan jurusan tekhnik
mesin. Dengan tekad kuat dan keberanian Rian merantau ke Malang. Meskipun
dengan bekal biaya seadanya, ia punya tekad kuat untuk sukses. Kesulitaan di kota rantauan tentu dialaminya, seperti
kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
yang baru, kerasnya dunia perkuliahan, kesulitan ekonomi, dan lain sebagainya.
Rian banting tulang dan memutar otak agar bisa bertahan dalam kerasnya hidup
yang tengah ia alami.
Perlahan-lahan Rian mulai bisa
menunjukkan dirinya hingga ia mulai dikenal dosen dan teman-temannya sebagai
sosok yang ramah, baik, bertanggung jawab, dan pintar. Di Organisasi pun Rian
telah diakui, ia berhasil memimpin anggotanya dengan baik. Setelah masa
jabatannya sebagai Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM)
Bangkalan berakhir, Rian di Tarik sebagai Ketua Bidang Pengkajian Ilmu
Pengetahuan (PIP) oleh Pimpinan Wiayah Ikatan Pelajar Muhammdiyah (PW IPM) Jawa
Timur. Selain itu Rian juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Komisariat Acacia.
Setelah banyak kesulitan yang ia
alami sejak dulu, kini Rian perlahan mendapat titik terang dalam hidupnya setelah
mengikuti kompetisi International Invention and Innovative Competition
(InIIC) 2019 dan meraih juara II. International Invention and Innovative
Competition (InIIC) 2019 adalah kompetisi
inovasi tingkat internasional yang diadakan oleh MNNF Network Malaysia
serta didukung oleh MNF Publisher, ASP (Advanced Scientific Press), dan
Kind Heart Charity yang mempertemukan para inventor dari berbagai negara. Tahun
ini InIIC mengusung tema “Leading
Towards Creativity and Innovation”, dan diikuti oleh 132 kelompok yang
setidaknya berasal dari 4 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Thailand
Kemudia
Rian kembali menoreh prestasi dalam ajang ISIF 2019 kategori “chemistry”.
Dimana ia tergabung dalam tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dan mewakili
Universitas Brawijaya. Rian dan rekan-rekannya mengusung inovasi berjudul “Alcansis:
Activated Carbon from Algae as Green Alternative Catalyst Support for Hydrogen
Production in Water Electrolysis”, yaitu suatu inovasi yang memanfaatkan
algae untuk dapat memproduksi hidrogen dalam elektrolisis air, mereka berhasil
meraih mendali emas. International Science and Invention Fair (ISIF)
2019 sendiri adalah kompetisi yang diikuti oleh ratusan peserta dan tim dari
berbagai daerah, Bahkan dari luar negeri juga turut berpartisipasi dan
berkompetisi dalam ajang ISIF 2019 ini. Ajang ini dilaksanakan pada Minggu
(23/6/2019) yang digelar di Bali Creative Industry Center sejak tanggal 21
hingga 25 Juni 2019.
Tak berhenti sampai disitu, Rian
kembali menoreh prestasi dengan meraih mendali emas dan Grand Award
Engineering Category pada International Science Technology and Engineering
Competition (ISTEC) 2020. Acara ini diadakan pada Senin-Kamis (13-16/01) di
Graha Manggala Siliwangi, Bandung. ISTEC ialah kompetisi internasional
dalam sains, teknologi, serta metode yang diiringi 338 partisipan yang dibagi
dalam 174 regu dari 14 negeri. Dalam kompetisi yang diselenggarakan Bandung
Creative Society bekerjasama dengan Indonesian Young Scientist Association. Dan
sekarang Rian tengah berada di negeri jiran, Malaysia untuk melakukan program Internship.
Kini Rian sadar tentang apa yang
dikatakan ayahnya bahwa Pendidikan, agama, dan organisasi harus berjalan
beriringan, karena ketiganya saling berkaitan. Karena dengan Pendidikan
seseorang dapat mengubah dunia, lalu dengan berorganisasi seseorang dapat bersosial
dengan baik kepada semua orang, dan bisa
memiliki banyak relasi. Sementara agama adalah pegangan ketika seseorang
telah mencapai kesuksesan agar tetap di jalan yang benar, tentunya tiga hal
tersebut harus disertai dengan kerja keras.
0 Komentar